Meskipun sekarang zaman telah maju dan berkembang, hukuman sebagai salah
satu pengendali perilaku siswa masih relevan digunakan. Hanya saja,
yang menjadi penting adalah bagaimana bentuk hukuman yang efektif agar
dapat mengendalikan perilaku siswa, bukan hukuman yang membuat siswa
menjadi sakit hati atau merasa tidak dihargai.
Untuk itu diperlukanya
kebijaksanaan seorang guru dalam mengendalikan sikap dan perilaku siswa
dengan pendekatan yang positif. Seorang guru harus mampu mencari dan
mendayagunakan berbagai metode agar yang akan menciptakan cara-cara
mendidik yang efektif,
menyenangkan dan manusiawi. Jika dengan berbagai cara tidak berhasil,
penjatuhan hukuman pun hrus dilakukan dengan sangat hati-hati. Untuk
menjatuhkan hukuman, mungkin 13 pedoman berikut dapat dijadikan
referensi bapak ibu guru sekalian dalam menjatuhkan hukuman.
Dr. Charles Schaefer (1994) memberikan garis-garis pedoman dalam menjatuhkan hukuman, seperti berikut :
1. Jelas dan Terang
Agar
tidak terjadi salah pengertian dalam diri siswa mengapa dia dihukum,
guru harus melakukan 3 hal yaitu, menyebutkan kesalahan yang dilakukan,
menyebutkan aturan dan prinsip yang dilanggar, dan menerangkan hukuman
yang harus diterima (konsekuensi negatifnya)
2. Menunjukan alternatif yang dapat diterima
Hukuman
dimaksudkan untuk mengajar seorang siswa mengenai hal yang tidak boleh
dan boleh dilakukan. Oleh sebab itu, guru hendaknya menunjukan
alternatif yang dapat diterima.
3. Mencela tingkah laku, bukan mencela anak didik
Hukuman
dimaksudkan bukan untuk menekan perasaan siswa, namun dilakukan untuk
melatih tanggung jawab siswa bersangkutan. Oleh sebab itu, hukuman atau
celaan hendaknya diarahkan kepada tingkah laku bukan kepada diri
anaknya. Contoh " Saya marah karena kamu tidak mengerjakan tugas ".
4. Konsisten
Hukuman
yang dilakukan secara tidak konsisten selain tidak efektif juga dapat
berbahaya bagi perkembangan jiwa siswa dan wibawa guru. Oleh karena itu
dalam menjatuhkan hukuman seorang guru harus konsisten, yakni tetap
menjalankan sikap itu secara tegas. Konsisten dan tegas bukan berarti
harus kaku. Aturan juga dapat berubah sewaktu-waktu atau akn lebih
longgar pada kejadian-kejadian tertentu. Misalnya seorang siswa datang
terlambat karena harus membantu orang yang mengalami kecelakan, maka
kejadian seperti ini tidak perlu mendapat hukuman.
5. Kumpulkan semua fakta
sebelum
menghukum, kita hendaknya tenang, dengan pikiran jernih dan objektif.
Berikan kesempatan kepada siswa untuk menceritakan apa yang telah ia
lakukan. Dengan data dan fakta yang lengkap, maka kita dapat memberikan
hukuman yang layak dan adil.
6. Melakukan secepatnya
Jangan menunda-nunda pelaksanaan hukuman . Lakukan dengan segera setelah siswa tersebut melakukan kesalahan.
7. Melibatkan Anak
Setelah
hukuman dijatuhkan, berikan kesempatan kepada siswa untuk untuk
memikirkan dan menilai sendiri kesalahanya. Jika memungkinkan, cobalah
bimbing siswa untuk menentukan hukumanya sendiri. Sikap ini akan
mendorong siswa untuk lebih berhati-hati dan bertanggung jawab atas
perbuatan mereka sendiri.
8. Tenang dan Objektif
Terangkan
suatu hukuman secara tenang dan objektif. hindari pemakaian nama
ejekan, suara berteriak, hinaan, dan sindiran tajam. Biasanya
anak-anaklebih memberi perhatian pada komunikasi hukuman yang non-verbal
dari pada hukuman yang bersifat kata-kata. Hasil penyelidikan
membuktikan bahwa semakin emosional kita dalam memberi hukuman, semakin
keras keras hukuman yang kita bebankan. Sikap kita ketika memberi
hukuman haruslah selalu mendorong siswa untuk belajar.
9. Adil
Untuk
dapat memberikan hukuman yang adil, kita harus memiliki data-data yang
lengkap mengenai pelanggaran yang dilakukan siswa. Berapa kali hal itu
dilakukan oleh anak, dalam situasi dan kondisi yang seperti apa
kesalahan itu dibuat. Satu yang penting kita juga harus memahami
psikologi perkembangan siswa.
10. Hindari Hukuman Ganda
Hindari memberikan hukuman yang sama terhadap kasus yang sama.
11. Lakukan Secara Pribadi
Jangan
meberikan hukuman didepan umum, karena pada dasarnya hukuman adalah
"aib" bagi siswa. Memberikan hukuman didepan siswa lain akan menurunkan
harga diri dan kehormatan siswa dimata orang lain. Dan apabila kita
melakukanya, berarti kita tidak memperhatikan perasaan siswa tersebut.
12. Layak
Hukuman dikatakan layak apabila memiliki keseimbangan antara kesalahan yang dilakukan dengan besar atau kerasnya hukuman.
13. Kehangatan
Walaupun
hukuman yang diberikan kepada siswa membuat kita marah dan jengkel,
namun bukan berarti kita lakukan dengan cara kasar dan serampangan.
Kehangatan dalam menjatuhkan hukuman akan melatih siswa untuk lebih
bertanggung jawab atas perbuatanya sendiri secara ksatria.
Namun
sekali lagi, hukuman merupakan jalan terakhir yang dapat kita ambil
untuk mengendalikan perilaku siswa. Setelah berbagai cara dan metode
gagal maka penjatuhan hukuman ini dapat kita lakukan dengan
memperhatikan beberapa pedoman diatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar