Beberapa tantangan diantaranya adalah:
masih banyaknya anak usia sekolah yang belum dapat menikmati pendidikan
dasar 9 tahun: angka partisipasi anak berusia sekolah 7-12 tahun untuk
bersekolah masih dibawah 80% (APK SMP 85,22 dan APK SMA 52,2).
Tantangan
berikutnya adalah :
(1) Tidak meratanya penyebaran sarana
dan prasarana pendidikan/sekolah (sebagai contoh: tidak semua sekolah
memiliki saluran telepon, apalagi koneksi internet): Kota vs Desa/Daerah
Terpencil/Daerah Perbatasan, Indonesia Barat vs Indonesia Timur.
(2) Tidak seragamnya dan masih rendahnya
mutu pendidikan di setiap jenjang sekolah yang ditandai dengan tingkat
kelulusan UN yang masih rendah, demikian pula nilai UN yang diperoleh
siswa.
(3) Rendahnya kualitas kompetensi tenaga
pengajar, dimana dari jumlah guru yang ada 2.692.217, ternyata yang
memenuhi persyaratan (tersertifikasi) hanya 727.381 orang atau baru 27%
dari total jumlah guru di Indonesia. Dan yang tidak kalah penting adalah
(4) Rendahnya tingkat pemanfaatan TIK
di sekolah yang telah memiliki fasilitas TIK (utilitas rendah), disisi
lain tidak semua sekolah mempunyai sarana TIK yang memadai.
Pada kesempatan ini pula perlu sama-sama
kita luruskan kembali bahwa TIK bukan hanya komputer dan internetnya,
TIK juga melingkupi media informasi seperti radio dan televisi serta
media komunikasi seperti telepon maupun telepon seluler dengan SMS, MMS,
Music Player, Video Player, Kamera Foto Digital, dan Kamera Video
Digital-nya serta e-Book Reader-nya. Jadi banyak media alternatif yang
dapat dipilih oleh pengajar untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan berkesan. TIK yang termanfaatkan dengan baik dan tepat
di dalam pendidikan akan : memperluas kesempatan belajar, meningkatkan
efisiensi, meningkatkan kualitas belajar, meningkatkan kualitas
mengajar, memfasilitasi pembentukan keterampilan, mendorong belajar
sepanjang hayat berkelanjutan, meningkatkan
perencanaan kebijakan dan manajemen, serta mengurangi kesenjangan digital.
Pemanfaatan TIK
Menurut pemanfaatannya, TIK di dalam pendidikan dapat dikategorisasikan menjadi 4 (empat) kelompok manfaat, yaitu :
1. TIK sebagai gudang Ilmu Pengetahuan,
di kelompok ini TIK dimanfaatkan sebagai sebagai Referensi Ilmu
Pengetahuan terkini, Manajemen Pengetahuan, Jaringan Pakar Beragam
Bidang Ilmu, Jaringan Antar Institusi Pendidikan, Pusat Pengembangan
Materi Ajar, Wahana Pengembangan Kurikulum, dan Komunitas Perbandingan
Standar Kompetensi.
2. TIK sebagai Alat bantu Pembelajaran,
di dalam kelompok ini sekurang-kurangnya ada 3 fungsi TIK yang dapat
dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar-mengajar, yaitu (1) TIK
sebagai alat bantu guru yang meliputi: Animasi Peristiwa, Alat Uji
Siswa, Sumber Referensi Ajar, Evaluasi Kinerja Siswa, Simulasi Kasus,
Alat Peraga Visual, dan Media Komunikasi Antar Guru. Kemudian (2) TIK
sebagai Alat Bantu Interaksi Guru-Siswa yang meliputi: Komunikasi
Guru-Siswa, Kolaborasi Kelompok Studi, dan Manajemen Kelas Terpadu.
Sedangkan (3) TIK sebagai Alat Bantu Siswa meliputi: Buku Interaktif ,
Belajar Mandiri, Latihan Soal, Media Illustrasi, Simulasi Pelajaran,
Alat Karya Siswa, dan media Komunikasi Antar Siswa.
3. TIK sebagai Fasilitas Pembelajaran,
di dalam kelompok ini TIK dapat dimanfaatkan sebagai: Perpustakaan
Elektronik, Kelas Virtual, Aplikasi Multimedia, Kelas Teater Multimedia,
Kelas Jarak Jauh, Papan Elektronik Sekolah, Alat Ajar
Multi-Intelejensia, Pojok Internet, dan Komunikasi Kolaborasi Kooperasi
(Intranet Sekolah).
4. TIK sebagai Infrastruktur Pembelajaran,
di dalam kelompok ini TIK kita temukan dukungan teknis dan aplikatif
untuk pembelajaran baik dalam skala menengah maupun luas yang
meliputi: Ragam Teknologi Kanal Distribusi, Ragam Aplikasi dan Perangkat
Lunak, Bahasa Pemrograman, Sistem Basis Data, Komputer Personal,
Alat-Alat Digital, Sistem Operasi, Sistem Jaringan dan Komunikasi Data,
dan Infrastruktur Teknologi Informasi (Media Transmisi).
Berangkat dari optimalisasi pemanfaatan
TIK untuk pembelajaran tersebut kita berharap hal ini akan memberi
sumbangsih besar dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia yang cerdas
dan kompetitif melalui pembangunan masyarakat berpengetahuan
(knowledge-based society). Masyarakat yang tangguh karena memiliki
kecakapan: (1) ICT and media literacy skills), (2) critical thinking
skills, (3) problem-solving skills, (4) effective communication skills,
dan (5) collaborative skills yang diperlukan untuk mengatasi setiap
permasalahan dan tantangan hidupnya.
Peran Guru dan Siswa
Di dalam proses belajar-mengajar
tentunya ada subjek dan objek yang berperan secara aktif, dinamika dan
interaktif di dalam ruang belajar, baik di dalam kelas maupun di luar
kelas. Guru & Siswa sama-sama dituntut untuk membuat suasana belajar
dan proses transfer of knowledge berjalan menyenangkan serta tidak
membosankan. Oleh karena itu penataan peran Guru & Siswa di dalam
kelas yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran perlu dipahami dan
dimainkan dengan sebaik-baiknya.
Kini di era pendidikan berbasis TIK,
peran Guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus menjadi
fasilitator, kolaborator, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi
Siswa. Karenanya Guru dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang
besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Dengan peran Guru
sebagaimana dimaksud, maka peran Siswa pun mengalami perubahan, dari
partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak menghasilkan dan
berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak
mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli. Disisi lain Siswa juga dapat
belajar secara individu, sebagaimana halnya juga kolaboratif dengan
siswa lain.
Untuk mendukung proses integrasi TIK di
dalam pembelajaran, maka Manajemen Sekolah, Guru dan Siswa harus
memahami 9 (sembilan) prinsip integrasi TIK dalam pembelajaran yang
terdiri atas prinsip-prinsip:
1. Aktif: memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.
2. Konstruktif:
memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan
tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
3. Kolaboratif:
memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling
bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi
masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
4. Antusiastik: memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Dialogis:
memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses
sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses
komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
6. Kontekstual:
memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang
bermakna (real-world) melalui pendekatan problem-based atau case-based
learning.
7. Reflektif:
memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta
merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses
belajar itu sendiri. (Jonassen (1995), dikutip oleh Norton et al
(2001)).
8. Multisensory:
memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas
belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik (dePorter
et al, 2000).
9. High order thinking skills training:
memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti
problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak
langsung juga meningkatkan ICT & media literacy (Fryer, 2001).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sebagaimana telah dijelaskan di atas,
maka bukti otentik terjadinya pembelajaran berbasis TIK dapat kita
cermati dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun dan
implementasikan oleh setiap guru mata pelajaran di sekolah. RPP yang
mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran dapat disusun melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu pendekatan idealis dan pendekatan pragmatis.
Pertama, Pendekatan Idealis
dapat dimulai dengan menentukan topik, kemudian menentukan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai; dan menentukan aktifitas pembelajaran
dengan memanfaatkan TIK (seperti modul, LKS, program audio, VCD/DVD,
CD-ROM, bahan belajar online di internet, atau alat komunikasi
sinkronous dan asinkronous lainnya) yang relevan untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut.
Kedua, Pendekatan Pragmatis dapat diawali dengan mengidentifikasi TIK (seperti buku, modul,
LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM,
bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan
asinkronous lainnya) yang ada atau mungkin bisa dilakukan atau
digunakan, kemudian memilih topik-topik apa yang bisa didukung oleh
keberadaan TIK tersebut, dan diakhiri dengan merencanakan strategi
pembelajaran yang relevan untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator
capaian hasil belajar dari topik pelajaran tersebut.
Adapun strategi yang dapat dipilih
sesuai dengan kedua pendekatan tersebut adalah strategi: Resources-based
learning (pembelajaran berbasis sumber daya), Case/problem-based
learning (pembelajaran berbasis permasalahan/kasus sehari-hari),
Simulation-based learning (pembelajaran berbasis simulasi), dan
Colaborative-based learning (pembelajaran berbasis kolaborasi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar